Dinsdag 09 April 2013

kurkumin

 

                            KURKUMIN







Kurkumin merupakan salah satu senyawa yang diisolasi dari tanaman Curcuma sp dan pemberi warna kuning pada tanaman kunyit Curcuma longa L. Kurkumin banyak digunakan sebagai rempah-rempah dan pemberi warna pada makanan dan juga pemberi warna pada tekstil. Secara tradisional kurkumin juga digunakan dalam pengobatan berbagai penyakit seperti anoreksia, batuk, diabetes, hepatitis, rematik dan sinusitis (Shishodia dkk, 2005).
Kurkumin terdapat pada berbagai genus Curcuma dalam jumlah yang relatif kecil yaitu pada tanaman kunyit sekitar 3-4% yang terdiri dari kurkumin I 94%, kurkumin II 6% dan kurkumin III 0,3% (Chattopadhyay dkk, 2004).  Kurkumin merupakan senyawa metabolit sekunder, dan secara kimia termasuk golongan fenolik. Kurkumin [1,7-bis(4-hidroksi-3’-metoksifenil)-1’,6’-heptadien-3’,5’-dion] diisolasi oleh Vogel dan Pellettier pada tahun 1818 tapi ditemukan dalam bentuk kristal oleh Daube pada tahun 1870. Sintesis kurkumin pertama kali dilakukan oleh Milobedzka dkk pada tahun 1910. Kurkumin memiliki rumus molekul C21H20O6 dengan berat molekul 368,37. Kurkumin tidak larut dalam air namun larut dalam kloroform, diklorometan, metanol, etanol, etil asetat, dimetilsulfoksida dan aseton (Pandey dkk, 2010).
Kurkumin di alam terdapat bersama-sama dengan dua senyawa lain yaitu demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin, yang dikenal dengan nama kurkuminoid (Badreldin dkk,2006). Berdasarkan hasil penelitian senyawa kurkumin yang diisolasi tersebut memiliki berbagai aktivitas biologis seperti antibakteri, antiprotozoa, antivirus, antikoagulan, antioksidan, antitumor dan antikarsinogenik. Sedangkan untuk senyawa demetoksi kurkumin dan bis-demetoksi kurkumin memiliki aktivitas antioksidan (Chattopadhyay dkk, 2004).
 Hasil isolasi tanaman Curcuma longa diperoleh berbagai senyawa kurkumin lainnya seperti sodium kurkuminat  yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan antibakteri, dan metil kurkumin yang memiliki aktivitas antiprotozoa (Chattopadhyay dkk, 2004).
Selain kurkumin di alam ditemukan pula berbagai senyawa analog kurkumin dengan berbagai aktivitas biologis seperti dibenzolylmetan dengan aktivitas antiinflamasi dan anti tumor, capsaicin yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan menghambat radikal superoksida. Yakuchinon A yang dapat menghambat produksi induksi LPS (Lipopolisakarida) nitrit oksida, induksi TPA (12-O-tetradekanoilporbol-13-asetat) superoksida dan lipid peroksidasi. Cassumuin A dan B lebih baik dibandingkan kurkumin sebagai antitoksisitas (Anand dkk, 2008).
 Biosintesis kurkumin menurut Roughly and Whiting terbentuk melalui 2 jalur, jalur pertama yaitu asam sinamat dengan 5 malonyl Co-A, dan jalur kedua antara dua sinamat dan malonyl Co-A.
      Kurkumin terdapat pada berbagai genus Curcuma dalam jumlah yang relatif kecil juga variasi struktur yang terbatas. Hal ini merupakan kendala bagi penggunaan kurkumin dalam bidang pengobatan mengingat aktivitas biologis kurkumin yang sangat beragam. Selain jumlah yang cukup juga dibutuhkan variasi struktur yang beragam. Kondisi ini sulit diperoleh melalui isolasi bahan alam. Selain kurang menguntungkan dari segi biaya juga membutuhkan banyak bahan kimia yang berbahaya bagi lingkungan. Sintesis dapat digunakan untuk menanggulangi masalah tersebut.
Robinson dkk (2005) membagi struktur kurkumin menjadi tiga bagian yaitu bagian A, B dan C (Gambar 2). Bagian A dan C merupaka gugus aromatis dan B adalah ikatan dien-dion.
Hubungan struktur dan aktivitas kurkumin terkait dengan gugus-gugus fungsional senyawa tersebut, yaitu sebagai berikut:
  1. Gugus hidroksi pada cincin aromatik menunjukkan aktivitas antioksidan pada senyawa kurkumin
  2. Gugus keton dan ikatan rangkap berperan dalam aktivitas biologis sebagai antiinflamasi, antikanker dan antimutagenik (Pandey dkk, 2010)
  3. Dua cincin aromatis simetris ataupun tidak simetris menentukan potensi ikatan antara senyawa obat dengan reseptor .
Tim riset hasil kolaborasi beberapa universitas dan badan riset di Korea Selatan, membuktikan secara in vitro dengan analisa SPR (Surface Plasmon Resonance) maupun in vivo dengan analisa APN-specific antibody competition, bahwa salah satu senyawa aktif yang terkandung di kunyit ternyata mampu menahan laju pertumbuhan kanker.
Sintesis senyawa kurkumin
Kurkumin, si Jagoan
Dalam artikel berjudul “Kunyit Antibakteri dan Obat Masa Depan” di Kompas Cyber Media, rubrik Ilmu Pengetahuan edisi Sabtu, 27 April 2002, telah dijelaskan beberapa komposisi utama penyusun kunyit yaitu minyak atsiri, furmerol, sineol, zingiberin, borneol, karvon, dan kurkumin. Ternyata seperti dugaan para ahli sebelumnya, kurkuminlah (senyawa fenolik alam), yang memiliki potensi dalam pengobatan kanker. Penelitiannya sendiri melibatkan proses pengujian atau dikenal sebagai ‘screening process ̄ terhadap kurang lebih 3000 jenis senyawa yang diperkirakan aktif menghambat pertumbuhan sel kanker dan akhirnya diperoleh fakta bahwa senyawa kurkumin memiliki aktivitas kemopreventif. Kurkumin adalah senyawa turunan fenolik dari hasil isolasi rimpang tanaman kunyit (Curcuma longa). Senyawa tersebut memiliki 2 gugus vinilguaiacol yang saling dihubungkan dengan rantai alfa beta diketon.
Penemuan tentang kehebatan kurkumin ini tak lepas dari semakin majunya pemahaman dunia medis tentang mekanisme pertumbuhan sel kanker. Walaupun sejak awal 1990-an telah diketahui bahwa kurkumin memang memperlambat pertumbuhan sel kanker baru, namun masih sedikit informasi tentang perannya dalam memerangi kanker. Ternyata dari hasil penelitian terakhir bisa sedikit terkuak proses kurkumin menahan kanker, yaitu dengan menghambat laju pertumbuhan pembuluh darah baru. Pada penderita kanker, umumya diawali dengan proses menjalarnya sel kanker melalui pembuluh darah (metastasis) dan tumbuh disembarang jaringan menjadi tumor. Seiring dengan itu, terjadi pula pertumbuhan pembuluh darah baru (angiogenesis) menyebar ke arah berkembangnya tumor. Angiogenesis ini diperlukan oleh sel tumor sebagai saluran penyedia nutrien, oksigen dan sirkulasi kotoran agar dapat terus tumbuh dan menyebar.
Mekanisme Kerja Kurkumin
kurkuminMekanisme kerja kurkumin sesungguhnya masih belum bisa dijelaskan tapi rupanya dia dapat terikat dengan enzim aminopeptidase N, (APN) dan menghambat aktivitas enzimatiknya. APN adalah suatu enzim yang terdapat pada jaringan membran di dalam tubuh (dikenal sebagai zinc-dependent metalloproteinase) dan bertanggung jawab terhadap angiogenesis dan pertumbuhan tumor. APN tersebut yang berfungsi membongkar protein pada permukaan sel jaringan tubuh sehingga sel kanker dapat mengambil alih kedudukan sel jaringan tadi dan tumbuh tak terkendali. Dugaan sementara, kemungkinan besar ikatan tak jenuh (ikatan rangkap), alfa dan beta di sekitar gugus keton pada kurkumin membentuk ikatan kovalen dengan dua nukleofil asam amino yang terdapat pada situs aktif APN dan mampu menghambat (inhibit) aktivitasnya secara tak-dapat balik (irreversible).
Sekarang ini bahkan senyawa kurkumin telah masuk fase pertama uji coba klinis untuk menahan kanker usus besar. Walaupun hasil penelitian ini juga menginpirasi kalangan ilmuwan untuk meniru atau memodifikasi sruktur kurkumin, namun kelebihan senyawa kurkumin hasil isolasi dari kunyit adalah sifatnya yang alami dan kemungkinan hanya sedikit memberikan efek samping terhadap penderita kanker.